Senin, 22 Oktober 2012

Strategi Marketing: “Pemaksaan Secara Sistemik”



Pernahkan anda dipaksa menggunakan (dan membayar) suatu layanan dari penyedia layanan tertentu? Saya pernah. Ya, saya pernah ‘dipaksa’ membuat account tabungan BCA oleh kampus saya, karena pihak kampus mewajibkan semua pembayaran kuliah hanya melalui transfer antar rekening BCA.  Karyawan Indosat dulu pun tidak luput dari ‘pemaksaan’ semacam ini, dimana gaji dibayarkan hanya melalui rekening Mandiri. Karyawan Indosat eks-Satelindo pun kabarnya tidak lebih beruntung, karena upah bulanannya pun hanya akan diterima via Bank Artha Graha.
Strategi marketing yang –sebut saja namanya- “pemaksaan secara sistemik”  (atau singkat saja PSS) ini ternyata sangat efektif untuk mengakuisisi dan meretensi customer. Hal ini karena logika si customer sangat jelas yaitu: “saya harus menggunakan layanan ini, atau saya kehilangan akses terhadap sesuatu yang saya sangat butuhkan”.
Bisakah strategi PSS ini diterapkan dalam bisnis seluler? Nampaknya ini adalah alternatif strategi yang sangat perlu dipertimbangkan. Atau jangan-jangan sudah masuk dalam strategi marketing Indosat? Entahlah, karena saya bukan (belum) menjadi orang marketing. Yang pasti, saya ada cerita menarik tentang strategi ‘pemaksaan’ ini.
 Belakangan hari ini teman lama saya menyapa saya via sms melalui nomor Indosat. Saya cukup excited karena tahu dia bertahun-tahun menggunakan nomor Hp Tsel. Saya reply sms dia dan menambahkan ungkapan “terima kasih telah menggunakan produk Indosat.. akhirnya J “ Tak disangka teman lama saya ini membalas lagi dengan sms yang isinya ‘misuh-misuh’ : “Wah saya pake no ini kepaksa tuch! Coz dikasih kantor n harus dipake. Kebetulan suami jg pake Indosat. Tdnya sich antipati, but gmn lagi??” lho… kok malah ngajak berantem sama orang Indosat.. selidik punya selidik, rupanya antipatinya bukan karena isu kualitas atau pelayanan, namun karena isu kepemilikan oleh Israel terkait pemilik Indosat sebelumnya. Alhamdulillah, isu tersebut bisa diluruskan sehingga teman saya bisa lebih ikhlas lagi J menggunakan no indosatnya . Rupanya teman saya pindah menggunakan nomor Indosat karena kantornya mewajibkan karyawannya memakai nomor Indosat yang dibagikan. Salut buat teman-teman marketing, khususnya Indosat Cabang Solo..  great job, guys..
Kita kembali ke topic utama kita mengenai “pemaksaan secara sistemik”(PSS). Ada beberapa case yg bisa di-excercise sebagai penerapan strategi PSS ini. Prinsipnya adalah menjalin kerjasama dengan lembaga yang mempunya customer base yang besar, misalnya lembaga pendidikan, pabrik dan kantor.
Sebagai contoh kerjasama dengan lembaga pendidikan seperti SMU, kampus, atau bimbel besar seperti PRIMAGAMA untuk menyediakan sistem informasi nilai /jadwal berbasis sms. Maka dalam informasi kepada siswa akan tertulis:
Informasi siswa bisa diakses dengan mengirim sms ke 1234 / 0856xxxxxxx:
Nilai Semester: ketik NILAI
Jadwal Semester Depan: Ketik JADWAL
Status Biaya kuliah: ketik BIAYA
Hanya bagi siswa yang telah mendaftarkan no.HP Indosatnya ke Unit Layanan Siswa
Dalam kerjasama ini, pihak penyelenggara pendidikan  dan siswa akan sangat terbantu mendapatkan Layanan reply SMS gratis dengan kewajiban mendaftarkan no.HP mereka. Sementara operator menyediakan sistem SMS nya.  Dengan demikian operator bisa menambah jumlah pelanggan aktif yang ‘suka atau (awalnya) tidak suka’ harus menggunakan produk mereka.

tulisan ini pernah dipublikasikan dalam Icecube, media sharing idea internal Indosat

Jumat, 12 Oktober 2012

Extreme marketing strategy


 
Posting ini didedikasikan untuk berbagi aneka strategi marketing yang ekstrim namun mencapai tujuannya.
  • IM* freetalk
Prestasi: Mendapatkan 300rb pelanggan pertamanya dalam 3 bulan
Sekitar tahun 1998an, saat pertama kali dikenal public, IM* menggratiskan biaya call local. Nelfon kapanpun dan selama apapun, selama masih 1 cluster GRATISS!. Bisa dibilang, ini gratisan paling jujur dan paling nyata (y) Alhasil, kalangan anak muda menyambut gembira tawaran ini. Apalagi yang punya LDR (long distance relationship) Jakarta – Bandung atau Semarang –Jogja. Bagi IM* hal ini tidak menjadi masalah karena masih dalam fase trial(percobaan) jaringan. Everybody is happy!
  • X* loss billing di Bali
Prestasi: Menjadi market leader di Bali
Salah satu ‘anomali’ di bisnis seluler adalah ‘berkuasa’nya X* di Bali. Mereka mengklaim menguasai 35% marketshare. Seorang kolega dengan rasa ingin tahu besar pernah menawarkan SP Indo*** gratis kepada anak mahasiswa, asal mereka mau menukarkan dengan kartu X* mereka. Dan mereka menolak!. Usut punya usut, rupanya ada hal unik yang menjadikan mereka loyal pada X*. Kabarnya, selalu ada 1 hari setiap bulan dimana counter billing X* mati. Jika hari itu tiba, nelfon dan sms yang dilakukan tidak mengurangi pulsa. Dan itu dialami 1x24 jam!. Anehnya lagi ketika dikomplain ke CSnya, mereka menolak mengakui adanya kerusakan system billing.
  • Sumardy “Peti Mati”
Prestasi: Mampu menciptakan Word of Mouth, sesuai buku WOMM yang dikarangnya
Buku yang mengajarkan Word of Mouth Marketing (WOMM) sudah beredar di toko buku. Tapi keberadaan buku itu sendiri tidak menjadi WOM. Hal ini yang menjadi tantangan bagi Sumardy Ma ketika akan meluncurkan buku karangannya tentang WOMM. Sumardy mengirim peti mati sebagai undangan dan souvenir peluncuran bukunya kepada (rencananya) 100 penggiat dunia marketing. hal ini menjadi berita nasional dalam beberapa hari, dan Sumardy sempat berurusan dengan polisi sebelum akhirnya terbebas dari tuduhan. Seorang penerima peti mati mengungkapkan kekesalannya “saya memiliki anak usia 1 tahun, menerima peti mati berukuran anak kecil, dengan tulisan : Rest in peace soon, sungguh tidak lucu”!

Masih banyak strategi ekstrim yang lain, yang mungkin terpikirkan oleh masing-masing orang. Pernah mengalami, atau ada ide baru? Silakan berbagi di kolom komentar.

Salam